Merangkai Inspirasi

Bulu pena akan membawamu terbang, dengan kata-kata yang kau tulis seperti halnya bulu menerbangkan burung menuju langit. (Leonardo Da Vinci)

Bekerja dan Tetap Menjadi Ibu

pada 31 Mei 2013

Menjadi seorang ibu di zaman sekarang ini sungguhlah berat tantangannya. Bukan berarti ibu-ibu zaman dulu ga ada tantangannya ya. Sama aja sih sebenernya, tapi teknologi yang sudah semakin maju ini, membuat tantangan itu jadi semakin berat.

Coba kita lihat, perdebatan antara emak-emak tidak pernah ada habisnya. Masalah ASI, Sufor, mpasi, imunisasi, sekolah sampai masalah ibu bekerja selalu jadi topik yang paling ramai dibicarakan di media social.

Aku pernah ikutan milis yang membernya ibu-ibu. Duuuh rame pisan deh, seruuuu hampir setiap hari adaaaa aja perdebatan. Namapun emak-emak ya, paling seneng kalau membahas sesuatu, ada yang kekeuh sama pendapatnya dan ujung-ujungnya malah berantem di milis. Secara otomatis terbentuk dua kubu yang pro dan kontra, satu sama lain saling men judge. Pusiiiing bacanya. Moderatornya sampai sibuk melerai. Kirain emak-emak di komplek doang yang suka berantem. Hehehehe……

Pernah juga lihat di fb teman yang membahas tentang pro kontra imunisasi, komentarnya sampai ratusan, belum lagi nanti pada bikin status yang menyindir. Aku ketawa ketawa miris aja sih bacanya. Sampai segitunya memaksakan pendapat. Kekeuh dirinya benar, orang lain salah.

Awal-awal jadi ibu yang pengetahuannya sangatlah cetek, sering bingung kalau lagi browsing dan menemukan banyak pro kontra. Tapi setelah menjalani ternyata tidak seruwet yang diteorikan. Insting seorang ibu biasanya yang akan dominan memilih mana yang terbaik untuk anaknya. Yup… seseorang yang sudah merasakan dan menjalani sendiri biasanya lebih bijak dalam mengomentari sesuatu. Justru aku malah sering melihat orang yang belum menjalani, yang paling sibuk menjudge itu salah ini salah…. hmmmm.

Kalau bicara masalah judge, paling sensitif deh ngebahas pro kontra ibu bekerja. Biasanya sih yang dituding enggak bener itu ibu yang bekerja di luar rumah. Enggak perlu lagi deh dia bertanya kenapa si ibu itu bekerja, apa ada masalah dikeluarganya, apa suaminya sakit parah sampai tidak bisa mencari nafkah, apa suaminya sudah tidak ada, pokoknya intinya ibu bekerja itu salah banget karena sudah meninggalkan anaknya.

Terakhir baca TL seorang ustadz muda yang bilang, apa masih ingin disebut ibu kalau waktunya masih dihabiskan di kantor. Rada bengong sebentar baca kalimat itu Ah yaa,, ternyata aku masih tidak pantas disebut sebagai ibu karena masih bekerja di kantor seharian 🙂

Ketika ada seseorang yang mengkritik kalimatnya, beliau malah bilang silakan unfollow dan menyindiri orang yang tidak suka TLnya tapi masih suka mention.. Dengan tidak mengurangi rasa hormatku terhadap beliau yang sholeh dan kadar ilmunya sudah sedemikian tinggi, aku cuma rada sedih aja sih baca kalimat itu. Ternyata sebutan ibu itu hanya bisa disandang oleh perempuan  yang full time ada di rumah. Hiks….

Tentang keseluruhan TLnya aku sependapat. Sangat setuju kalau ibu itu memang sebaiknya berada di rumah, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Alquran dan hadist juga membahas tentang keutamaan ibu rumah tangga yang dengan serius membina anak-anaknya menjadi generasi yang berkualitas.

Tapi sependek pengetahuanku, Islam bukan agama yang kaku, meskipun menganjurkan para ibu ada di rumah mendidik anak-anaknya, tapi tetap memperbolehkan seorang wanita keluar rumah. Apalagi kalau ternyata alasannya si ibu bekerja karena memang ada masalah di keluarganya. Cmiiw ya, maklum pemahaman Islamnya masih seuprit.

Dari hati yang terdalam, aku pun sama seperti ibu-ibu yang lain, sangat ingin full time bersama anak-anak di rumah. Tetapi kondisi saat ini aku memang harus menjalani dulu sebagai ibu pekerja. Aku masih memiliki impian suatu saat bisa resign dan bekerja dari rumah. Aamiin, tapi ya butuh proses kan yaa….

Meskipun saat ini aku masih jadi ibu bekerja, tapi aku tetap ibu lho buat my little princess Kanaya. Biarin aja deh orang bilang ibu pekerja itu tidak layak disebut ibu. Cinta, kasih sayang seorang ibu pada anaknya itu tidak bisa dibatasi oleh sebutan apapun. Mau dia ibu rumah tangga, mau ibu pekerja dia tetaplah ibu bagi anak-anaknya dan pastinya akan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

sekian uneg uneg saiah 🙂

*ketjup Kanaya

IMG_1317


65 responses to “Bekerja dan Tetap Menjadi Ibu

  1. lieshadie berkata:

    Toss Mak Rinaaaa…..akupun sependapat denganmu ! 🙂

    Suka

  2. moreta999 berkata:

    kemajuan zaman ini memang harus ada pilihan-sementara tuntutan kian melambung-menurutku tak apa ibu bekerja asal jangan sampai anak dan suami terlantar–ibu kerja keluar dari rumah itu perlu-untuk cari suasana baru-karena lingkungan rumah itu akan membosankan juga–aku contohnya ingin kerja lagi karena banyak masalah terus dirumah–walaupun ada sedikit nyesel anak ditinggal tapi kan tidak seharian–hehe keukeuh ibu kerja bagusss nambah ilmu dan biar kaga kuperr

    Suka

    • rinasetyawati berkata:

      jadi ibu rumah tangga bisa juga kok ga kuper asal rajin updet informasi aja, apapun pilihannya yang penting ada tanggung jawabnya yaa…. siiip deh

      Suka

      • Lyliana Thia berkata:

        Setuju sama mbak Rina!
        Kuper gak kuper bukan masalah kerja gak kerja, tp mgkn bagaimana qta menyikapinya aja.. Wallahu’alam.. 🙂

        Tp yg jelas, kerja diluar atau didalam rumah asal niat Lillahi Ta’ala insya Allah berkah ya 🙂

        Yg stay at home mom ndak boleh ngejudge working mom.
        Yg working mom ndak boleh ngejudge stay at home mom.

        Just.. Mind your own business! Live your own life. No need to argue, ok! 😉

        Suka

  3. Hikari Azzahirah berkata:

    aku juga setuju sama ini.
    tapi memang ya, ada cita2 suatu ketika saya mau ada di rumah saja, fokus kus ke anak2.
    *semoga diberi amanah punya keturunan. aamiin*

    Suka

  4. Dewi berkata:

    aku juga tooosss mbakkk 😀 😀 😆

    Suka

  5. toss dulu ah….:)
    Berhubung ilmu agama saya juga masih cetek, setahu saya wanita boleh bekerja di luar asal mendapat restu/ijin dari suami dan sang istri harus betul2 menjaga kehormatan dan kepercayaan suami.

    Sangat tidak setuju kalo working mom berarti melupakan kewajiban kita sebagai ibu, tak perlu jauh2 sekarang banyak kok WM yang bisa memberikan ASIX pada anaknya, Mpasi rumahan yang oke yang semuanya didedikasikan sepenuhnya utk anak.

    Mau jadi WM atau tidak itu adalah pilihan yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban masing2. Betul gak Bun? 🙂

    Maaf komennya puanjang…soale saya juga follow ustadz muda itu 🙂

    Suka

    • rinasetyawati berkata:

      iya bener Yan, banyak yang enggak tau, WM pun jungkir balik gimana caranya supaya tetap bisa seimbang dalam menjalankan beberapa peran sekaligus….. semua ibu pasti pengen yang terbaik untuk anaknya kan ya….

      Suka

  6. mama-nya Kinan berkata:

    setujuuuuu….berat….seperti yg kita ngobrolkan di wa kemarin…hanya allah yang tahu dan berhak menjudge kita….tidak manusia….karena allah tahu sekecil apapun niat dihati kita sbg ibu dan juga bekerja…

    Suka

  7. ndutyke berkata:

    Reblogged this on ndutyke and commented:
    Iya iya sadar kok. Kayaknya klo ndutyke komentar ttg ini lagi dan lagi, blom fantes ye, secara blom jadi ibu kan yah. Not a virgin not yet a mom gitu loh, wkwkwkwk. Tapi secara udah umur segini, temen-temennya ya para mommylicious dan mereka yg diomongin apa cobak kalo gak seputar endespre endebre seputar child and parenting? Masak iya mereka mau ngomongin tips en trik ngegaet calon suamik? Atau galau milih jurusan kuliah?? Dan saya yg belom jadi ibu aja rasanya udah ikut garuk-garuk rambut ampe hujan ketombe ya, kalo ada pro dan kontra ini itu ina inu, yg sampe ribut-ribut dan pada gak bisa sepakat untuk agree-to-disagree….. Jadi mohon dipersori deh kalo mau ngereblog ttg topik ini lagi, qiqiqiqi…. Ijin share ya Bunnnn :-*

    Suka

  8. jampang berkata:

    di kantor saya banyak juga ibu-ibu bekerja…. baru nemuin satu yang resign karena memilih untuk menjaga anak-anak di rumah…. tapi sambil jadi online seller

    Suka

  9. mrscat berkata:

    orang emang suka banget ya maksain pendapat…padahal kalo dipikir ga mungkin banget kan semua pendapatnya sama. pada merasa pinter sendiri atau pengen dilihat pinter kayaknya. buat aku sih, let’s just agree to disagree in every different aspects. ga perlu nyari temen untuk mendukung pendapat kita, kalo kita yakin ya lakukan aja.

    Suka

  10. mimi berkata:

    pernah terjadi dengan mimi, ehh malah anak2 yg protes klo mimi nya ga kerja, kebanggaan bagi kami punya ibu bekerja katanya..hmmm donworibihepi aja deh bun :*

    Suka

  11. lulu berkata:

    hah? ustadnya ngomong gitu? menurut dia kita salah gitu tah mbak?

    Suka

  12. Lyliana Thia berkata:

    Yg sangat disayangkan, ucapan itu keluar dari seorang yg tinggi ilmu agamanya.. Sayang.. 😦
    Sering sy mendengar ceramah tp blm pernah ada yg menjudge spt ini 😦
    Malah ada seorang ustadzah yg mengatakan hukum mencari nafkah bagi seorang wanita adalah wajib, bilamana tdk ada lg suami yg menafkahi.. Spt yg mbak rina tulis di atas itu…

    Smoga qta bisa lebih bijak melihat suatu permasalahan hidup.

    Suka

    • rinasetyawati berkata:

      iya mba Thia aku juga banyak belajar kesabaran dan memanage masalah dari mba Thia.. semoga bisa sama saa kita ambil hikmahnya, meski awalnya agak sedih dengan statement itu tapi husnuzhon sajalah yaa…. 🙂

      Suka

  13. uul berkata:

    Eww…ada gitu TL dari seorang ustadz? =( sedih dengernya.
    ahh…dia bukan seorang ibu sih mbak, jadi gak ngerti …
    mo diluar rumah kek, mo kerja seharian dirumah kek.
    Ibu ya tetep ibu. dimanapun dia berada.
    nothing and no one can take that =).

    Suka

  14. sondangrp berkata:

    Hai Rina. Salam kenal ya. Aku kemarin dpt RT-an twitnya, tapi yang bagus bagusnya sih. Nggak yang pas kalimat yang bikin nyess itu (yg meng-RT bijak nih )
    Semoga kita sesama ibu ibu bisa saling menguatkan ya.Semoga baik bekerja di luar rumah maupun tidak, kita sama sama bisa mendidik anak anak kita jadi jawaban buat generasinya. ya

    Suka

  15. kebomandi berkata:

    *mantengin aja ibu2 berdiskusi*
    masih seorang wannabe 🙂 hehe 🙂

    Suka

  16. hilsya berkata:

    idem Rin..
    *aku sih biarin aja..*

    Suka

  17. Hanna HM Zwan berkata:

    no comment,hanya menyimak dan belajar dari banyak pengalaman yang tertuang dari mbk 😀
    *maklum belum jadi ibu hehehe…..

    big hug bt mama n naya sayanggg 😀

    Suka

  18. diannie berkata:

    Kalau blh memilih, sbtulnya, aq lebih suka di rumah & ngurus anak j. Tp, berhubung status skr single parent yg hrs menafkahi anak, mau gak mau mesti kerja. Alhmdulillah, tempat & jam kerjaku fleksibel. Jd tetap bisa memberi perhatian bt anakku.
    Sambil kerja, aq jg berusaha ngumpulin modal biar nanti bisa kerja dari rumah aja.
    Dan seorang perempuan, apalagi ibu sudah shrsnya punya kemandirian. Jd nggak harus selalu bergantung pd org lain. Meski pd suami sekali pun.
    Yah, soal Ustad yg mudah menghakimi, bt jd bhn renungan sj. Dia kan nggak tahu situasi kita yg sebenarnya.
    “Every mom has their own battle” ini kata Mbak Jihan Davincka.
    Salam Kenal.

    Suka

    • rinasetyawati berkata:

      nah iya mbak, makanya klo buat single parent yang harus kerja buat anaknya apa ga pantas juga disebut ibu… hiks…. sedihnya…. benar ya orang lain tidak tahu kondisi kita jadi kita yang paling tahu kondisi bisa berbuat sesuai pilihan yg menurut kita terbaik…

      Suka

  19. nyapurnama berkata:

    setujuuuuuu!! Sebenernya nggak perlu menjudge tentang pilihan hidup orang lain ya mbak, yang penting ga nyusahin orang x)

    Suka

  20. Titin Wulan berkata:

    ikutan nyesek bacanya…..kalau akhirnya saya memutuskan resign..itu mll proses timbang2 yg puanjangg mbak…*lah kok curhat* bekerja atau ibu yg milih stay at home saya yakinn pasti ingin yg terbaik buat keluarganya…btw salam kenal

    Suka

  21. Dalam asuhan dan bimbingan Mbak, insya Allah Kanaya akan tumbuh dan berkembang dengan menyenangkan. Semoga Kanaya sehat selalu dan semakin shalihah.

    Suka

  22. Lidya berkata:

    Pluk bunda kanaya aja ah 🙂 Yang tau kita itu sebagai ibu untuk anak-anak ya kita sendiri kok bun Insya Allah selalu menajdi ibu yang baik untuk Kanaya

    Suka

  23. myra anastasia berkata:

    mamah sy aja dulu bekerja, kok, Mbak. Dan sy sebagai anak tetep merasa mamah saya itu peduli dengan anak2nya 🙂

    Suka

  24. Iya Bunda Kanaya, saya juga gitu, biar bekerja masi bs punya waktu buat 3 jagoan cilik dirumah dan kerja jg didukung suami kok…

    Suka

  25. hani wahab berkata:

    hey mom, chin up, be proud of yourself, yg udah berhasil melahirkan, menyusui, ngasi makanan sehat ampe gede, ngapain mikirin omongan yg hanya bikin sedih, yg penting kita punya strategi sendiri dlm berumah tangga, dan kita siap buktikan bahwa kita bisa jadi hebat. smangaaaaaaaaat ^^

    Suka

  26. saya kalau bisa ingin istri di rumah, biar tetap jadi bidadari yang suci.
    lindungi dari sengat dunia yang mengancam
    nodai sucinya lahirmu ….
    —————————-
    cuma kalo terpaksa, ya udah. mau gimana lagi?

    Suka

  27. Orin berkata:

    mba Rin, aku kok penasaran siapa si ustadz ituh, aku bukan followernya deh *ups* qiqiqi. Namapun pro kontra ya, pasti ga akan ada ujungnya kalo diberantemin, toh yg tau kondisi cuma kita-nya yg menjalani. Tetap semangat mbaaaaa *tari pompom*

    Suka

  28. naniknara berkata:

    eh jadi penasaran, sapa tuh si ustadz yang mempersilakan unfollow gara2 beda pendapat?

    Suka

  29. ameeeeel berkata:

    Hahahaha… omongan ustad abal-abal mah gw usah diambil pusing 😀
    Mau kerja, mau di rumah, mau koprol, mau kayang, ibu ya ibu 😀
    Btw, salam kenal ya mbaaa 🙂

    Suka

  30. nungky berkata:

    ijin share

    Suka

  31. like this mbak, ta’ cc in ke ustadnya di twitter, dan walau tentu saja sudah gw unfollow hahaaa

    Suka

Tinggalkan komentar